Teori pembelajaran
Teori pembelajaran
Tiga teori telah ditawarkan untuk menjelaskan proses di mana seseorang memperoleh pola perilaku, yaitu teori pengkondisian klasik, pengkondisian operan, dan pembelajaran sosial.[2]
Tiga teori telah ditawarkan untuk menjelaskan proses di mana seseorang memperoleh pola perilaku, yaitu teori pengkondisian klasik, pengkondisian operan, dan pembelajaran sosial.[2]
Pengondisian klasik
Pengkondisian klasik adalah jenis pengkondisian di mana individu
merespon beberapa stimulus yang tidak biasa dan menghasilkan respons
baru.[2]
Teori ini tumbuh berdasarkan eksperimen untuk mengajari anjing
mengeluarkan air liur sebagai respons terhadap bel yang berdering,
dilakukan pada awal tahun 1900-an oleh seorang ahli fisolog Rusia
bernama Ivan Pavlov[4].
Pengondisian operant
Pengkondisian operan adalah jenis penglondisian di mana perilaku sukarela yang diharapkan menghasilkan penghargaan atau mencegah sebuah hukuman.[2]
Kecenderungan untuk mengulang perilaku seperti ini dipengaruhi oleh ada
atau tidaknya penegasan dari konsekuensi-konsekuensi yang dihasilkan
oleh perilaku.[2] Dengan demikian, penegasan akan memperkuat sebuah perilaku dan meningkatkan kemungkinan perilaku tersebut diulangi.[2]
Apa yang dilakukan Pavlov untuk pengkondisian klasik, oleh psikolog Harvard, B. F. Skinner, dilakukan pengkondisian operan[5].
Skinner mengemukakan bahwa menciptakan konsekuensi yang menyenangkan
untuk mengikuti bentuk perilaku tertentu akan meningkatkan frekuensi
perilaku tersebut[5].
Pembelajaran sosial
Pembelajaran sosial adalah pandangan bahwa orang-orang dapat belajar melalui pengamatan dan pengalaman langsung.[6]
Meskipun teori pembelajaran sosial adalah perluasan dari pengkondisian
operan, teori ini berasumsi bahwa perilaku adalah sebuah fungsi dari
konsekuensi. Teori ini juga mengakui keberadaan pembelajaran melalui
pengamatan dan pentingnya persepsi dalam pembelajaran.[6]